Makassar. Tv-Sulawesi, Syafii Maarif berpulang di usia muda, sebab ia memang tak pernah tua. Bagaimana kita bisa menyebut seseorang menjadi tua jika ia masih bisa berpendapat dengan jernih. Ia hanya berumur banyak. Dan umur itu tak pernah mampu menjebaknya untuk berpaling dari dirinya sendiri.
Sekalipun berusia 86 tahun, Syafii Maarif sebenarnya berpulang terlalu cepat, sebab ia masih dibutuhkan. Sesudah Cak Nur, Gus Dur dan dirinya, sulit membayangkan ada orang yang berani bicara terbuka tentang kritik dan pembaharuan Islam. Bukannya pesimis pada generasi sesudahnya yang tak kalah hebat, tapi ia adalah satu dari sedikit orang yang telah mencapai derajat keteladanan.
Syaafii Maarif adalah “Bapak Perlawanan” terhadap masyarakat yang jumud. Dan ia tak pernah menutupi karakternya sebagai orang Minang yang lugas dan tegas. Ia bukan tipikal Jawa seperti Cak Nur yang bersiasat halus mengkritik orang Islam, atau Gus Dur yang menumpangkan pendapatnya dengan melucu. Ia bicara lurus dan serius. Ia menyebut FPI sebagai preman berjubah. Ia bahkan pernah mengatakan dalam pidatonya: “Seandainya saya tidak pernah mendalami Alquran, mungkin sekarang saya malas menyebut diri sebagai orang Islam”.
Syafii Maarif adalah sosok yang mengingatkan kita, untuk berani bicara jernih sekalipun harus dibenci dan dimusuhi banyak orang. Harus ada yang berani mengambil posisi itu, agar kita tahu ada begitu banyak sisi yang menyebalkan dari masyarakat Islam. Atau jangan-jangan ia adalah orang terakhir yang berani mengatakan bahwa: Umat Islam seribu tahun berhenti berpikir.
Syafii Maarif berdakwah dengan cara menangisi keadaan kita. Dan airmatanya yang jatuh ke bumi, semoga bisa menyuburkan benih optimisme tentang datangnya generasi Islam yang bisa merayakan peradaban dan perubahan.
Saya sangat bersedih, Beliau selalu memompa semangat saya dengan segudang ilmu dan keteladanan, Kenangan menorehkan bekas yg tak mudah lekam bersama beliau. Terakhir, meski dalam keadaan sakit, dia masih mampu menyapa dan mengingatkan koreksian tulisannya saat merampungkan buku Daeng Siang Sang Penerang, Zulfikar Yunus.
Muhammadiyah dan bangsa Indonesia berduka. Buya Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif Wafat pada hari Jumat tgl 27 Mei 2022 pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
إنا لله و إنا إليه راجعون. أللّهمّ اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه وأكرم نزوله ووسّع مدخله. وأدخله الجنّة وأعذه من عذاب القبر وفتنته ومن عذاب النّار.
آمّين يآ ربّ العالمين.
Semoga beliau husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dilapangkan di kuburnya, dan ditempatkan di jannatun na’im. Mohon dimaafkan kesalahan beliau dan do’a dari semuanya.
Selamat jalan Buya Syafii.
Add comment